Di era digital saat ini, kaum milenial menjadi “tersangka” dalam perubahan-perubahan yang terjadi belakangan, termasuk dalam urusan pekerjaan. Mengapa? Karena otak para milenial yang sedemikian intens terekspos teknologi dan media digital.
Ini yang membuat perilaku dan preferensi mereka berubah secara ekstrem dan sama sekali berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.
Jika pergeseran perilaku dari Baby Boomers ke Gen-X bersifat linear, maka pergeseran perilaku dari Gen-X ke generasi milenial sifatnya radikal. Bukan saja tak linear, tetapi telah terjadi “patahan” layaknya gempa tektonik.
Salah satu perubahan yang dilakukan kaum milenial adalah perilaku dan preferensi milenial terkait pekerjaan. Jika bagi Baby Boomers dan Gen-X bekerja rutin setiap hari masuk kantor dari jam 9 pagi sampai 5 sore (9-to-5) adalah sesuatu yang lumrah, tak demikian halnya dengan milenial.
Survei PwC mengindikasikan bahwa milenial memprioritaskan fleksibilitas waktu kerja dan work-life balance atau keseimbangan antara bekerja mengejar karier dan mengurusi keluarga. Gaya hidup work from home (WFH) kini sedang melanda milenial di seluruh dunia.
Kaum milenial juga menginginkan fleksibiltas dalam bekerja. Prinsipnya, bekerja dimana pun dan kapan pun bisa asal kinerja yang dikehendaki tetap tercapai.
Wajar jika beberapa perusahaan menerapkan flexi time (flexible working schedule) atau menginisiasi konsep satellite office. Bagi milenial, berbagai digital tools/platform bisa dimanfaatkan untuk tetap produktif.
Kaum milenial juga tak betah boring saat bekerja, makanya mereka membutuhkan kantor atau tempat bekerja yang homy, playful, merangsang imajinasi dan kreativitas, serta mendorong komunikasi yang terbuka dan kolaborasi.
Mereka ingin bekerja sambil ngopi, mendengarkan musik, atau bermain biliar kala bosan. Apakah hal itu akan membuat mereka tak fokus bekerja? Tidak. Milenial biasa multi-tasking. Otak mereka terbiasa bermain-main dengan distraksi. Jika mereka merasa nyaman, produktivitas kerja mereka akan meningkat.
Di tempat kerja, milenial juga mendisrupsi soal pakaian kerja formal dan long-term employment. Studi dari Gallup menyatakan 21% milenial pindah kerja dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Ini karena milenial suka tantangan baru dan terbuka terhadap peluang karier baru. Milenial adalah challenge seeker. Jika perusahaan tak mampu mengakomodasi tantangan yang mereka tuntut, tak salah jika mereka akan berpikir mencari tantangan di perusahaan lain.